Pages

Subscribe:

Jumat, 24 Februari 2012

Jalan Sukses Haqiqi

Saya tergugah memposting tulisan ini setelah membaca buku Ajaran Bahagia Imam Al-Ghazali yang disadur dari kitab Kimyaa'u As-sa'aadah. Mulanya dalam pengertian saya bahagia adalah identik dengan kesuksesan (mungkin sebagian pembaca juga berpendapat yang sama dengan saya). Kita merasa bahagia jika memiliki penghasilan yang cukup, mempunyai rumah, motor syukur-syukur kalau ada mobil, isteri yang baik, anak-anak yang sehat. Pokoknya semua kebutuhan yang berbau materi terpenuhi.  Sungguh akal dan pikiran saya seakan akan bisa merasakan kebahagian tersebut jika dapat memperolehnya (maklum belum memiliki semuanya he..2x).
Begitu saya membaca kata demi kata kalimat demi kalimat tulisan Imam Besar tersebut (semoga Allah memberikan kemuliaan kepada beliau)  akal dan pikiran saya ikut mengalir sampai pada satu titik dimana saya merasa seperti tersentak dari tidur pulas dengan mimpi yang sangat indah. Saya seperti ditarik pada kenyataan yang pada awalnya bisa dikatakan tidak enak, tapi mengandung kebenaran haqiqi yang tidak bisa dibantah dan ditolak.  Dalam buku tersebut tertulis jika ada seorang anak meminta kita untuk menjelaskan dimana letaknya kegembiraan. Maka kita dapat menjawab bahwa letak kegembiraan itu seperti yang dirasakan oleh mereka dalam permainan sepakbola atau kasti, meskipun kedua permainan itu sebenarnya tidak mempunyai keistemewaan yang dapat dikategorikan dalam golongan kegembiraan.  Atau ketika seseorang asyik bermain catur, ia tidak menghiraukan hal yang lain walaupun tersedia hidangan makanan.

Wah! berarti bahagia itu tidak mesti berhubungan dengan kebutuhan jasmani dong?
Lha iya lah masa la iya dong...maaf kalau mencontek  project  P (he...3x). Buku tersebut menjelaskan lebih lanjut, apabila seseorang mati, ia hanya akan berurusan dengan Tuhannya.  Dan sewaktu kita hidup di dunia, kita berurusan dengan manusia. Kesenangan dan keberuntungan yang kita peroleh seolah-olah bergantung kepada jumlah harta yang kita dapatkan.

Kalau begitu sia-sia dong kita bekerja banting tulang ?  Lha salah sendiri siapa suruh kerja mati-matian (maaf hanya bercanda he...4x).  Kalau anda berpikiran seperti itu maka sama seperti saya mulanya juga seperti itu.  Ada hikmah yang luar biasa terkandung dalam konsep kebahagiaan haqiqi tersebut.  Dalam konsep pemikiran dan pemahaman saya, tidak ada yang sia-sia. Allah telah menciptakan alam semesta beserta isinya dengan tingkat kesempurnaan paripurna.  Kalau kita mau jujur kita bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani kita (ini sunatullah) makan 3x sehari, pakaian, rumah untuk beristirahat itulah kebutuhan kita sesungguhnya. Lalu kalau begitu tidak boleh dong memiliki mobil dan barang mewah lainnya.  Kata siapa tidak boleh? jangankan mobil pesawat pribadipun saya yakin Tuhan tidak melarang selama itu penunjang pekerjaan kita.  Rumah banyak silahkan selama itu memang diperlukan  (misalnya untuk isteri pertama, kedua, dst. he...5x).  Bukankah ada hadist yang artinya lebih kurang seperti ini: beribadahlah kamu seolah-olah mati besok dan berusahalah kamu seolah-olah hidup selamanya di dunia (inilah jalan kesuksesan manusia. yang sebenarnya).  Ada keseimbangan luar biasa pada hadist tersebut (silahkan para pembaca konsultasikan dengan para ustadz karena saya bukan ahlinya).

Dan pamungkasnya kebahagiaan sejati adalah CINTA KEPADA ALLAH.  Cinta kepada Allah adalah sumber kebahagiaan dan kesuksesan yang haqiqi, dan cinta kepada Allah harus dipelihara dan dipupuk subur dengan cara shalat dan ibadah-ibadah lainnya.
  
        
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar